Pelajaran Dari Sekilas Cerita Di Kampung Halaman

by prajuritkecil99
Yuhuuu! Assalamualaikum..

Cerita ini masih tentang sekilas cerita dari kampung halaman. Kelanjutan dari cerita sebelumnya. Yang ini dan yang ini juga. :D

Dan hari ini adalah hari ketiga saya berada di kampung halaman. Banyak hal yang saya dapati di hari ketiga ini yang bisa dijadikan pelajaran. Dimulai dari perjalanan ke kebun teh Wonosari. Jalanan yang menanjak, sempit dan berkelok mengharuskan pengguna jalan untuk ekstra hati-hati. Nggak bisa disamakan dengan saat kita berkendara di jalan raya, bisa gas pol saat sepi atau serobot sana-sini sesuka hati. Mengenai jalan yang menanjak memang sudah umum seperti itu tipikal jalan ke pegunungan. Tapi kita juga bisa mengibaratkannya dengan jalannya roda kehidupan kita loh! Bahwa jalan yang kita tempuh itu tak selamanya lurus dan mendatar. Ada kalanya menurun, menanjak dan berliku. Tapi jika kita jalani dengan ikhlas dan tetap berusaha sekuat jiwa dan raga, insya Allah kita akan bisa menikmati hasilnya setiba di tempat tujuan nanti. Seperti perjalanan ke kebun teh Wonosari pagi tadi. Begitu tiba, pemandangan alam yang indah terhampar di depan mata. Udara yang masih bersih dan sejuk membuat kita jadi lebih fresh dan rileks. Hilang semua stres.


Jalur Pendakian Gunung Arjuno
kangen menyusuri kembali jalur pendakian ke puncak itu


Rolass Tea House
Rolass Tea House - teh yang baru diolah di pabrik bisa langsung dinikmati di situ


Pelajaran selanjutnya saya dapati ketika mau ke pergi ke pasar, sepulang dari kebuh teh. Saya sempat bertemu dengan seorang tetangga dari RT sebelah yang semakin berusia senja namun semakin terlihat bahagia. Aura kebahagiaan terpancar dari wajahnya yang riang, tersenyum tanpa beban. Sangat berbeda dengan kondisi sewaktu saya masih kecil jaman SD-SMA dulu. Dari penuturan saat berbincang dengannya, juga berdasarkan cerita dari ibu, tersirat bahwa beliau sangat berbahagia karena kini sudah bisa enjoy menikmati masa tuanya. Sekedar informasi, beliau dulu tinggal di rumah kontrakan kecil dua lantai bersama seorang istri dan tujuh anaknya yang antara anak satu dengan lainnya usia mereka hanya terpaut satu sampai dua tahun saja. Bisa dibayangkan bagaimana perjuangan beliau dan istrinya demi menghidupi keluarganya dengan hanya bekerja serabutan. Tapi Allah sebaik-baik pemberi rejeki bagi hambaNya. Prinsip banyak anak banyak rejeki dapat dibenarkan. Kini semua anaknya sudah lulus sekolah dan kuliah. Bahkan anak-anaknya pun sudah bekerja dan berumah tangga. Kini beliau bisa tenang bersama istrinya, menempati rumah milik sendiri dan menikmati masa tua mereka dengan bahagia. Masya Allah!

Pelajaran lain saya dapatkan sewaktu saya harus rela berpanas-panasan di jalan raya Lawang-Malang yang hampir selalu macet. Ceritanya saya mau ke Pasar Besar Malang dan sekitarnya. Mau beli kain katun untuk dijadikan gamis buat istri dan kedua putri saya. Namanya laki-laki apalagi jarang belanja jadinya cuma dapat capek muterin hampir seluruh toko kain yang ada. Bolak-balik telpon untuk memberikan deskripsi kain yang sedang saya lihat sekaligus menanyakan apakah model begitu yang mau dibeli atau bukan. Pelajarannya apa? Serahkan setiap urusan kepada ahlinya. Seperti urusan belanja beginian, yang lebih ahli tentu wanita. Mungkin memang merekalah yang lebih mengerti tentang model dibanding pria. Apalagi soal selera itu selalu bikin gemas. Kadang apa yang menurut kita bagus belum tentu bagus menurut orang lain. Bisa jadi menurut mereka jelek. Begitupun sebaliknya. Naah, ini juga sebuah pelajaran bagi kita.

Jalan raya dengan segala pola tingkah laku para penggunanya juga bisa memberikan pelajaran kepada kita. Seperti yang saya alami ketika perjalanan pulang. Dari Pasar Besar Malang saya lewat jalan Zainul Arifin ke arah Hotel Ollino, ikut belakang Ramayana lalu melewati Balai Kota Malang. Terus ke sekitaran Araya sampai di bawah fly over jalan Ahmad Yani Utara ke arah Surabaya. Saya sangat suka lewat situ karena selain jarang lampu merah dan tidak terlalu macet, juga karena sepanjang jalan itu sangat berkesan bagi saya. Ada kisah yang terukir di sana. *eciyeee.. :p

Siang tadi saat matahari seolah menjadi tiga, sepanjang perjalanan mulai dari traffict light Karanglo sampai ke pasar Lawang macet parah. Makin dobel parahnya karena para pengguna jalan tidak ada yang mau mengalah. Saling serobot sana-sini. Terutama pengendara motor yang ke sana ke mari seenaknya. Ada celah sedikit di tengah langsung serobot ke tengah. Tampak sedikit celah di sebelah kiri langsung mendadak nyelonong ke kiri. Jadinya jalanan makin semrawut. Semua memperturut egonya masing-masing. Tapi terus terang tadi saya jadi merasa bersalah karena yang semula mengikuti baris antrian biar lebih teratur tetiba jadi ikut-ikutan seperti mereka demi setelah merasakan matahari seolah sudah berubah menjadi lima. Walaupun saya tidak terlalu kurang ajar serobot sana-sini seperti mereka. Saya cuma ikutan para pengguna motor melintasi bahu jalan yang kadang-kadang tidak semestinya untuk dilintasi. Semisal melintasi halaman pertokoan, rumah makan dan bengkel yang terletak di pinggir jalan. Bahkan di pinggiran selokan yang kalau tidak hati-hati kita bisa jatuh ke dalamnya. Bahkan meski terlalu sempit pun kadang tetap dipaksa juga. Jadinya ada yang beberapa kali nyenggol bodi atau spion kendaraan lain. Beruntung motor metik yang saya kendarai imut dan mungil jadi lebih gampang berakselerasi. Jalur yang sempit pun hayuuk aja. Padahal kalau dipikir-pikir andai semua pengguna jalan bisa patuh mengantri sesuai jalur yang ada, tidak serobot sana-sini, meski macet mungkin tapi tidak tambah parah macetnya. Tapi kadang yaa mau gimana lagi. :D

Setelah lewat daerah Bedali, di dekat Patal saya ambil jalur alternatif lewat daerah Polaman. Ternyata jalur situ ramai juga. Dan setibanya di rumah saya baru tau dari bapak kalau macetnya itu gegara ada kebakaran toko bangunan di depan kompleks Ruko Pasar Lawang. Kalau yang dari arah selatan ke utara (Malang-Surabaya) macetnya mulai dari Karanglo sampai pasar Lawang, entah yang dari arah utara ke selatan (Surabaya-Malang) sebelum pasar Lawang macetnya sampai di mana. Ada yang bilang mulai dari exit tol Pandaan. Wow!


Kebakaran Ruko Pasar Lawang


Macet Arah Malang-Surabaya


Macet Depan Pasar Lawang

macet gegara ada kebakaran di depan Ruko Pasar Lawang


Anyway, karena hari ini adalah hari terakhir saya berada di kampung halaman, seharian tadi saya lanjutin lagi untuk puas-puasin menikmati kuliner yang tidak ada di tanah rantau atau kalaupun ada tapi rasanya jauh berbeda. Padahal hanya makanan rumahan biasa seperti soto, rawon, sate, bakso, nasi pecel, tahu campur, tahu telor, krengsengan, botok, bahkan makanan tradisional seperti tiwul dan horog-horog (aneh yaa namanya? :p) saya cicipi semua. Sayangnya malah lupa nyicipi angsle buatan kakak saya.

Karena makannya terlalu maruk, malamnya saya jadi mules, sakit perut. Memang yaa, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak bagus. Bahkan untuk urusan cinta kepada sesiapa yang kita cintai pun tidak bagus jika terlalu berlebihan. Jangankan begitu, urusan beribadah kepadaNya pun tidak bagus jika terlalu berlebihan. Mending sedikit yang penting bisa istiqamah. Seperti rasaku padanya. *eh, pada siapa hayooo?! :p

Yaah, begitulah..

Karena besok pagi sudah harus kembali ke tanah rantau, saya mau packing dulu yaa. Mohon doanya semoga perjalanan saya bisa lancar tanpa halangan apapun, selamat hingga tiba di tempat tujuan. Insya Allah.

^-^
monggo dishare ^-^
 
Copyright © 2014 - prajuritkecil99™ - Powered by Blogger
Template by Creating Website - Published by Mas Template